Kisah Silicon Valley #25: Perang Smartphone – Dua Kuda Balap Tersisa

Awal peralihan nama RIM menjadi BlackBerry  Kisah Silicon Valley #25: Perang Smartphone – Dua Kuda Balap Tersisa
via Cult of Mac

Awal peralihan nama RIM menjadi BlackBerry – yang memperlihatkan semangat perusahaan ini untuk melaksanakan ‘balas dendam’ atas menurunnya pangsa pasar ponsel mereka secara drastis semenjak diperkenalkannya iOS dan Android, seorang wartawan Time berhasil mewawancarai seorang administrator yang tidak mau disebut namanya. “Apakah benar kemunduran RIM ialah akhir RIM tidak mau mendengarkan bunyi konsumen?”

Sang administrator mengernyitkan dahi menatap wartawan itu, “Itu benar-benar omong kosong!”

“Tapi…”

“Biar kujelaskan padamu anak muda. Konsumen mengeluh bahwa ‘kami ingin browser yang lebih cepat’ – Tapi kami tahu, mereka tidak ingin membayar biaya data yang lebih mahal. Konsumen mengeluh ‘kami ingin layar 10 inci yang responsif’ – Tapi kami tahu, mereka tidak akan mau perangkatnya mati sebelum makan siang. Jelas bukan? Ini bukannya kami bukan tidak mendengarkan bunyi konsumen, tapi kami tahu yang lebih baik untuk mereka!”

Lima tahun sehabis wawancara tersebut, OS BlackBerry dinyatakan tidak boleh dukungannya, dan perusahaan yang sempat jaya di kalangan Enterprise ini tertatih-tatih ikut memakai Android semoga tetap relevan di pasar.

 

2011: Sebuah Titik Balik

Awal peralihan nama RIM menjadi BlackBerry  Kisah Silicon Valley #25: Perang Smartphone – Dua Kuda Balap Tersisa
via Community Digital

Pada tanggal 9 Agustus 2011, kapitalisasi pasar Apple melonjak sampai USD 341,5 miliar, sedikit melebihi Exxon, sehingga pagi itu Apple menjadi perusahaan dengan nilai tertinggi di dunia. Empat belas tahun sebelumnya berdasarkan Michael Dell, perusahaan ini tidak mempunyai harapan. Namun Apple telah membuktikannya. Steve Jobs yang ketika itu berjuang menghadapi penyakitnya, tersenyum cerah menyaksikan ini. Sementara itu, nilai Microsoft menyusut sebesar 40 persen. Efek berantai sehabis tertinggal di bidang pencarian, kemudian musik digital, dan juga smartphone. Apple dan Google benar-benar berkali-kali menghajar Microsoft.

September 2011, menanggapi hal ini, Microsoft mengadakan rapat besar. Steve Ballmer berbicara berapi-api di hadapan 20 ribu karyawan Microsoft. Namun wajah-wajah mereka nampak lelah, beberapa orang berdiri dari dingklik dan meninggalkan ruangan. Mereka tidak puas dengan strategi cloud computing baru Microsoft, pergerakan saham yang lamban dan rendahnya semangat pimpinan mereka. Windows 8 yang ketika itu gres diluncurkan juga mendapat tanggapan negatif publik. Untuk pertama kalinya Microsoft merasa dalam tekanan, bahkan di bidang yang mereka kuasai sendiri: Operating system.

Dalam perang smartphone, tahun ini benar-benar memperlihatkan apa yang akan terjadi beberapa tahun setelahnya. Google memenangkan dominasi dengan Android menguasai lebih dari separuh pangsa pasar smartphone, tapi Apple memenangkan profit. Tidak ada yang bisa mengumpulkan uang sebanyak Apple berkat margin penjualan iPhone yang dahsyat. Sementara itu Microsoft meskipun menaruh cita-cita besar pada sistem mobile miliknya: Windows Phone, namun terang developer susah diajak bekerja sama dengan ekosistem ini. Microsoft masih kaku akhir kejayaan masa lalunya. Mereka mengenakan biaya tinggi pada developer untuk bisa menjadi ‘bagian developer Windows Phone’, yang mana untuk Android, hal itu hampir gratis, sementara di iPhone – usulan Apple dengan subsidi dan peluang laba dari laba terjualnya aplikasi sangat menggiurkan.

 

Manufaktur Bergerak ke Timur

Awal peralihan nama RIM menjadi BlackBerry  Kisah Silicon Valley #25: Perang Smartphone – Dua Kuda Balap Tersisa
via Global Times

Jika dunia barat membangun OS, maka dunia timur ialah yang membangun hardware-nya. Sejak awal nama-nama perusahaan yang mendapat cipratan laba dari booming-nya Smartphone berasal dari ‘Timur’. Di angkatan awal ada HTC (Taiwan), Samsung (Korea Selatan), dan LG (Korea Selatan). Samsung dan LG menjadi perusahaan yang meraih laba finansial paling tinggi dari manufaktur smartphone. Bukan saja dari perangkat yang diproduksinya untuk konsumen, akan tetapi alasannya ialah kedua perusahaan ini bisa menjadi penyuplai komponen untuk manufaktur smartphone lainnya. Namun seiring 2011 menjadi titik balik bagi pangsa pasar OS, yang mengarah ke makin dominannya Android dan iOS, tahun ini juga menjadi titik balik bagi manufaktur smartphone.

Agustus 2011, sebuah perusahaan antah berantah, Xiaomi yang secara harfiah berarti ‘beras kecil’, merilis produk smartphone pertamanya. Tahun setelahnya, Xiaomi ialah angin puting-beliung yang memporakporandakan industri smartphone. Perusahaan ini memproduksi smartphone berkualitas unggul dan meyakinkan, dengan harga yang luar biasa murah. Margin laba yang begitu mepet, terang Xiaomi mengincar penjualan massal untuk mendapat profit.

Formula ‘murah tapi bagus’ ini seolah menarik manufaktur Tiongkok lainnya. Apalagi mereka bermain di segmen Android yang populer dengan citranya: ‘Makin tinggi spek, makin bagus’. Tentu saja mendapat perangkat berspek tinggi dengan harga murah menjamin kelancaran experience Android. Efeknya, pasar dibanjiri produk dari manufaktur asal Tiongkok yang bisa menyediakan hal tersebut. Samsung dan LG, dua raksasa Korea yang disebut-sebut sebagai ‘yang terkemuka’ dari manufaktur smartphone (dan komponennya) bahkan menghadapi tekanan dahsyat dari para produsen asal Tiongkok ini.

Bagan tamat tahun 2016 bahkan memperlihatkan daftar sepuluh besar produsen smartphone dunia didominasi oleh produsen asal Tiongkok. Samsung memang masih mendominasi pasar Android, namun pergeseran pangsa pasar produk ke Tiongkok ini terlihat terang dan tidak sanggup diabaikan.

Awal peralihan nama RIM menjadi BlackBerry  Kisah Silicon Valley #25: Perang Smartphone – Dua Kuda Balap Tersisa

Kejayaan manufaktur Tiongkok ini mungkin banyak dicibir oleh para pengamat teknologi. Banyak yang menyebut bahwa mereka ‘mengutamakan pemasaran dibandingkan Research & Development‘. Namun fakta gotong royong tidak hitam putih menyerupai itu. Huawei, vendor terbesar nomor tiga dalam hal penjualan perangkat smartphone, mempunyai banyak penemuan untuk seri perangkatnya. Mereka meneruskan tren dual camera yang dipelopori HTC, didukung oleh sertifikasi Leica. Xiaomi, sang angin puting-beliung ‘smartphone murah’ membuat tren ‘layar penuh’ pada smartphone yang sebelumnya diawali oleh Sharp!

Fakta ‘manufaktur bergerak ke Timur’ ini makin tampak alasannya ialah Apple sendiri, produsen smartphone terbesar nomor dua di dunia, menggantungkan sepenuhnya produksi iPhone dan iPad miliknya ke sebuah manufaktur di Tiongkok: Foxconn.

 

Windows Mobile Melempar Handuk

Awal peralihan nama RIM menjadi BlackBerry  Kisah Silicon Valley #25: Perang Smartphone – Dua Kuda Balap Tersisa
via Financial Tribune

Satya Nadella sempat memperlihatkan secercah cita-cita dengan sebuah wangsit yang brilian. Pada tanggal 12 Februari 2015, Microsoft mengumumkan versi beta Windows 10 Mobile dan Universal Windows Platform (UWP). Idenya sederhana tapi efektif: Dengan mengubah platform aplikasi ke UWP, developer akan sanggup dengan gampang mengonversi aplikasi untuk dijalankan di Windows 10, sekaligus ke Windows 10 Mobile. Target Microsoft jelas, mereka menginginkan dominasi di pasar PC ‘ditularkan’ ke mobile. Setelah pengumuman itu, Microsoft jor-joran mendukung dan mempromosikan wangsit ini. Setahun setelahnya, Microsoft mengakuisisi Xamarin dan menghadirkan bash Linux ke Windows – Sebuah wangsit yang menarik bagi developer. Tidak sanggup dipungkiri bahwa Microsoft berupaya optimal untuk meningkatkan minat developer membuatkan aplikasi bagi platform mobile.

Awal peralihan nama RIM menjadi BlackBerry  Kisah Silicon Valley #25: Perang Smartphone – Dua Kuda Balap Tersisa

Sayangnya, ini tidak berjalan menyerupai yang diharapkan. Developer tetap kurang memperlihatkan minat untuk membuatkan aplikasi bagi platform yang mempunyai banyak penggemar fanatik tersebut. Tidak adil memang bila menyatakan Microsoft ‘tidak total’ dalam mendukung platform mobile-nya. Sebagai perbandingan: platform mobile Apple (iPhone dan iPad) ialah pendapatan utama mereka, platform mobile Google (Android) mendukung dominasi mereka di search engine, sementara itu Windows Mobile bahkan hampir tidak mendatangkan pemasukan bagi Microsoft. Divisi keuangan bahkan harus susah payah memutar otak mengakali perputaran uang ini sebelum akibatnya Satya Nadella merelakan akuisisi Nokia sebesar USD 8 miliar dihapus dari pembukuan. Jelas Microsoft tidak ingin bertaruh terlalu besar untuk platform yang bukan pedoman uang utama mereka. Satya sebelumnya ialah pemimpin divisi Cloud, dan Cloud memperlihatkan laba yang signifikan tahun demi tahun. Hal paling positif semenjak diangkatnya Satya Nadella sebagai CEO Microsoft adalah: Microsoft sekarang bersama Amazon ialah perusahaan dengan produk Cloud yang paling banyak dipakai di dunia (tentu saja juga paling banyak mendatangkan keuntungan). Jika ada ‘Perang Suci’ ala Microsoft, itu bukanlah di lahan mobile, melainkan di Cloud dengan Amazon.

8 Oktober 2017, sehabis fans usang lelah menuntut kejelasan Microsoft akan keseriusan mereka di platform mobile, Joe Belfiore, Corporate Vice President in the Operating Systems Group, memperlihatkan sebuah tanggapan yang gamblang mengenai Windows Mobile melalui akun Twitternya.

Semenjak klarifikasi Belfiore tersebut, petinggi Microsoft yang lain perlahan mulai bersedia menyatakan dengan lebih terang bahwa ‘Windows 10 Mobile bukanlah fokus utama mereka’. Ini hal yang sangat masuk akal mengingat pangsa pasar mobile mereka yang sudah hampir nol. Microsoft telah melempar handuk dan beralih fokus ke lahan teknologi lain yang diperlukan akan menjadi landasan pembangun masa depan.

Awal peralihan nama RIM menjadi BlackBerry  Kisah Silicon Valley #25: Perang Smartphone – Dua Kuda Balap Tersisa
via Statista

 

Referensi

Arthur, Charles. (2013). Digital Wars – Apple, Google, Microsoft, dan Pertempuran Meraih Kekuasaan atas Internet. PT. Elex Media Komputindo

Gibbs, Samuel. (2016). The secret smartphone war over the struggle for control of the user. The Guardian.

Gilbert, David. (2015). How China Became A Smartphone Powerhouse: Huawei, Xiaomi, ZTE set to Challenge Apple Inc, Samsung. IbTimes.

McCracken, Harry. (2013). The Inside Story of The Collapse of BlackBerry. Time.

 


Sumber: https://winpoin.com/

0 Response to "Kisah Silicon Valley #25: Perang Smartphone – Dua Kuda Balap Tersisa"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel