Menyikapi Marketshare Windows Phone – Benarkah Waktunya ‘Membuang’ Perangkat Kamu?

Berita ihwal menurunnya pangsa pasar Windows Phone bukan hal yang gres lagi. Terakhir kali dinyatakan bahwa marketshare OS mobile besutan Microsoft tersebut hanya 0,3%. Seperti biasa seringkali isu ini ditanggapi dengan aura negatif oleh dunia teknologi. Kiamat sudah. Ini sudah tidak tertolong lagi. Microsoft akan segera menghentikan OS ini. Merasa familiar dengan model kalimat semacam ini? Mungkin sebab kau sudah semenjak usang membacanya.

Yup premis bahwa “Windows Phone sudah mati” diikuti dengan konklusi “marilah tolong-menolong kita melompat dari kapal sebelum terlambat” sudah ada semenjak Windows Phone terhitung jaya pada tahun 2013. Dan saya masih juga belum menemukan jawaban: “terlambat untuk apa?” Toh kalaupun tiba-tiba OS ini mati dan tidak sanggup dipakai lagi, saya tinggal membeli sebuah perangkat smartphone gres dari OS lain. Mungkin tidak ada yang saya lewatkan kalau sebelumnya saya cukup puas dan terbantu oleh perangkat dengan OS ini.
Tapi mari kesampingkan dulu ego dan kecintaan pribadi. Mari kita bahas dengan landasan-landasan konkrit pertanyaan yang umum mengemuka: Marketshare Windows Phone terus menurun – Haruskah kita ‘membuang’ perangkat ini?
Konsekuensi Logis Turunnya Pangsa Pasar

Seperti halnya yang pernah terjadi pada platform lain, saya sanggup menyebut secara spesifik di sini: Symbian dan BlackBerry, menurunnya pangsa pasar berarti menurunnya pertolongan aplikasi yang merupakan ‘inti’ dari sebuah ponsel cendekia dan juga keengganan dari produsen untuk melanjutkan produksi, sebab sudah niscaya ini merupakan proyek rugi.
Namun sebetulnya menyebut kedua OS tersebut ‘mati’ juga berlebihan. Kamu masih sanggup melihat banyak pengguna BlackBerry dan Symbian yang gembira menenteng ponsel kesayangannya ke mana-mana meskipun mungkin pertolongan dari vendor aplikasi mayor sudah tidak ada. Kenapa? Saya pernah bertanya kepada sahabat yang masih memakai BlackBerry, ia menjawab: Karena saya merasa puas dengan apa yang sanggup dilakukan ponsel ini.
Menghentikan Produksi ≠ Menghentikan Dukungan

Nokia sebagai pemegang saham utama Symbian tetapkan untuk menghentikan produksi ponsel berbasis Symbian. BlackBerry juga menghentikan produksi ponsel berbasis OS BlackBerry. Namun mereka tidak serta merta menutup susukan terhadap OS tersebut meskipun menyatakan bahwa mereka tidak lagi membuatkan security path yang menjadikan OS ini lebih rentan terhadap bahaya malware.
Dalam sebuah kasus ekstrim ‘pematian’ sebuah ponsel hingga ke tingkat softwarenya hanya terjadi pada Samsung Galaxy Note 7 yang memang ‘mengarahkan’ pengguna biar tidak memakai perangkat tersebut. Apakah ini berhasil? Oh tidak, masih banyak pengguna yang menyimpan perangkat ini sebagai kenang-kenangan dan menghindari update yang bertujuan mematikan perangkat ini.
Apalagi kita bicara ihwal Microsoft. Raksasa software yang dengan segala resource-nya, berdasarkan perhitungan saya – Mampu membiayai Windows Phone selama belasan tahun meskipun sudah tiada seorang pun yang menggunakannya.
Jika kau ingin pola bagaimana Microsoft membiayai divisi rugi, XBox dan Surface merupakan sedikit di antaranya. XBox pernah hampir dimatikan sebelum Ballmer melaksanakan intervensi, dan pada akibatnya tim XBox berhasil menandakan bahwa mereka sanggup bersaing ketat dengan Sony sebagai konsol terlaris di dunia.
Surface saat diluncurkan pada 26 Oktober 2012 juga bukan perangkat yang laku. Namun melihat potensi pada perangkat ini, Microsoft melanjutkan produksinya dan gres meraih sukses pada Microsoft Surface 3. Perangkat two in one ini bahkan menjadi tren dan menjadikan banyak vendor berebut untuk membuat tipe perangkat serupa.
Adakah Masa Depan Windows Phone?

Saya pernah menulis bahwa perangkat gres Microsoft akan membuat kategori baru, dan ini menimbulkan spekulasi di kalangan pengamat teknologi bahwa kemungkinan perangkat ini bukan Windows Phone, melainkan Windows 10 yang memang dijalankan dalam sebuah ponsel. Jika benar terjadi, maka ini merupakan kabar baik. Teknologi telah berkembang lebih maju dan kita melaksanakan lompatan ke masa depan.
Tapi akankah ini berarti Windows Mobile 10 akan dimatikan ibarat upaya Samsung yang susah payah mematikan Note 7? Saya rasa tidak. Boros biaya sekali kalau Microsoft hingga harus susah payah ‘mematikan’ produknya ibarat yang dilakukan Samsung.
Kemungkinan paling jelek kalau skenario di atas terjadi: Microsoft tetap mendukung Windows Mobile sembari menunggu para penggunanya bermigrasi ke perangkat terbaru dan sistem terbaru. Familiar dengan denah ini? Jangan mencari terlalu jauh: Kamu sanggup melihat bagaimana Microsoft menerapkan kebijakan ini pada pengguna Windows 7 saat Windows 10 diluncurkan, atau kalau di dunia mobile, bagaimana keadaan pengguna Windows Phone 8.1 saat Windows Mobile 10 diluncurkan. Tidak ada yang mati dalam proses ini bukan? Semuanya tetap menikmati perangkat yang mereka cintai dan kalau sudah puas, boleh berpindah ke perangkat yang gres sambil melaksanakan transisi perlahan.
Moral of the Story: Apa yang Kamu Butuhkan?
Saya menyukai dunia teknologi dan selalu mendukung kalau teman-teman ingin memakai OS A atau OS B. Hanya saja, ibarat yang saya singgung di depan, saya merasa kurang pas dengan pameo yang berkembang akhir-akhir ini semacam: Windows Phone sudah karam, ayo lompat sebelum terlambat!
Kita tidak terlambat dari apa pun. Jika memang kau punya kebutuhan urgen akan fitur atau aplikasi tertentu yang hanya sanggup dilakukan melalui Android dan iOS, tentu saja merupakan pilihan bijak kalau menentukan salah satu dari dua platform tersebut. Sementara itu, kalau kau memang mengasihi perangkat Windows Mobile / Windows Phone kau dan kau merasa perangkat tersebut sudah memenuhi apa yang kau butuhkan – Maka kau tidak akan kehilangan apa pun. Urusan market share ialah urusan pemegang saham dan perusahaan. Merekalah yang paling pusing dengan menurunnya penjualan produk tertentu. Sebagai pengguna, selama masih tetap mendapat pertolongan dari produsen dan masih sanggup menikmati produk, maka kelangkaan market share justru malah membuat status kita semakin naik. Tidak percaya? Jika kau merasa takjub melihat seseorang masih memakai perangkat BlackBerry sehari-hari, mungkin demikianlah perasaan teman-teman pengguna iOS dan Android saat memandang kau masih memakai Windows Phone!
Sumber: https://winpoin.com/
0 Response to "Menyikapi Marketshare Windows Phone – Benarkah Waktunya ‘Membuang’ Perangkat Kamu?"
Post a Comment